Menghitung Bintang
Menghitung
Bintang
Malam menyepuh wajahmu. Kuliat
kesedihan itu mempertahankan diri dari senyumanku. Dua ribu lima ratus lima
puluh enam bintang di dekat pipimu. Kuhitung dengan lambat, sebab bintang tak
mau diam. Mereka seperti anak ayam. Delapan ratus tujuh puluh delapan di dekat
rambutmu. Mereka memberi cahaya pada rambutmu yang lebat. Tetapi bintang terlalu
cepat berkembang biak. Semakin malam, mereka semakin banyak dan terang.
Kubayangkan, di atas langit ada ranjang tempat bintang bersetubuh, lantas dalam
beberapa menit sekali langsung melahirkan bayi. Mereka serupa si Nengsih,
kucing tetangga yang anaknya sudah tak terbilang.
"Kenapa kau menatap langit
seperti itu?"
"Aku hanya sedang menghitung
bintang?"
"Berapa jumlahnya?"
"Aku tak tahu pasti?"
"Kenapa?"
Seribu sembilan puluh tujuh di dekat
telingamu. Dan satu bintang semakin bertambah terang di kedua bola matamu
"Kenapa? Kenapa kau tak
memastikannya?"
"Sebab bintang dan cinta itu
bukan angka matematika yang akan kita ketahui hasilnya dengan pasti, walaupun
telah dihitung berulang kali"
Kulihat bintang di matanya hampir
terjatuh.
"mereka hanya memberi, apakah
kau tahu berapa banyak candela cahaya dalam setiap sekonnya yang menerangi
sudut saat kita bercerita?"
"Begitu juga dengan sesuatu
yang ada dalam hatiku, kau tak akan pernah bisa menghitungnya"
Bintang di matanya kembali
berpendar. Aku hanya bisa menyeru dalam setiap kesepianmu, termasuk sujudmu.
Selebihnya kau yang harus memanggilku dalam setiap doa.
MR. Maskur, 2017
Comments